Rabu, 07 November 2012

.......


Kekasih adalah seseorang yang dikirimkan Tuhan untuk menemani diri baik saat tawa menyapa maupun saat terselip duka. Kekasih adalah seseorang yang dipilih oleh hati untuk merangkai kisah lewat ukiran senyum maupun goresan air mata. Ia seperti hembusan nafas ketika tak lagi ada udara yang meruangi tempat berpijak. Seperti angan yang melengkapi khayalan dan menyempurnakan dongeng percintaan. Kekasih adalah belahan jiwa yang berwujud nyata. Kekasih adalah sebuah cerita…

Bahagia rasanya bila memiliki seorang kekasih hati. Terlebih saat-saat awal sebuah kisah di mulai, saat rangkaian kata-kata dan untaian suara menyempurnakan hasrat yang tersirat. Masih terngiang dan mungkin akan slalu terngiang saat kekasih membisikkan cinta dengan tatapan ketulusan, seolah meyakinkan akan rasa yang ada. Senyuman nyaris tak pernah hilang bila membayangkan smua itu. Betapa indahnya, lantas apa yang terjadi bila kekasih pergi tanpa kata?? Meninggalkan diri ini dengan sejuta tanya di dada… Mungkinkah kebahagiaan itu sirna?? Dimana senyuman yang slalu terukir itu?? Mengapa kini hanya ada sakit dan air mata?? Bahkan tangispun tak mampu mewakili hati untuk dapat dimengerti…

Hanya bisa terdiam saat mendengar kekasih memilih pergi bersama kebahagiaannya yang lain. Sesempurna itukah “dia” hingga hatimu memilihnya?? Lantas bagaimana aku yang disini selalu menyimpan “rasa” itu utuh untuk mu..?? Tak berhak kah aku untuk “gelar” “sempurna” itu?? Lalu apa arti penantian ku slama ini?? Apakah hanya untuk mengisi kekosongan hati pada waktu tertentu, bukan untuk semua waktu yang Tuhan titip kepadamu…?? Ada perih di sini, di dalam ruang hati yang tlah kau tinggalkan. Ternyata ia terluka, amat terluka. Sakitnya Lebih dari tertusuk duri, atau sebuah sayatan dari mata pisau yang terasah sangat tajam, bahkan lebih dari ribuan cambuk yang melucuti diri.

Terkadang hati ini merasa iri melihat anak kecil yang selalu tertawa lepas tanpa beban. Begitu bahagianya mereka saat bermain dan bercanda. Mereka hanya menangis untuk hal yang sederhana, saat “mainan” yang diinginkan tak dapat dimiliki, atau saat terjatuh ketika belajar berdiri dan berlari. Bukan seperti aku yang menangisi cintaku yang hilang. Sederhana, tapi begitu rumit untuk di mengerti terlebih di ungkapkan. Saat rasa adalah kita yang punya, tapi mengapa hanya aku yang merasakan sakitnya, bukan kamu, terlebih dia…

Tuhan…
Aku kembali bersujud… Mungkin ini saatnya untuk aku berbicara banyak padaMu. Bukan pada alam terlebih insan. Karna sungguh sudah sangat menyesakkan hati. Tak sanggup aku menahan semua ini, gumpalannya sudah begitu besar dan membuat pedih. Andai saja ada aliran air yang melaluinya, mungkin sedikit bisa menyejukkan, namun setetes pun tak juaku temukan. Aku ingin keluar mencari udara stelah lama terkurung dalam kabut yang semakin membuat kalut . Jika masih ada, berikan aku semilir saja untuk bernafas, jika tak tersisa biarkan ia trus bergelut hingga jantung tak lagi berdenyut. Dan Inilah takdirMu yang tak mampu aku lawan. Namun jika aku masih diizinkan untuk meminta, aku hanya ingin kembali ke “masa” itu, biar dapat ku tukar semua cerita, atau hilangkanlah ingatanku akan “masa” itu, sehingga memang tak pernah ada cerita yang tercipta antara aku dan kekasih hatiku…